Kemeriahan terlihat di Dusun Sekararum, Desa Sekarsari, Kecamatan Sumber. Di sana berbagai acara digelar, mulai tradisi arak-arakan, tahlil pundhen, kajat pundhen, tayuban, campursari, kethoprak, pengajian, pentas dangdut hingga seni kontemporer seperti mural.
Meskipun skala dusun, ada yang luar biasa di sana. Mulai dihadiri perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga seniman dan peneliti dari berbagai kota dari Indonesia dan luar negeri.
Tenaga Ahli Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Berto Tukan mengaku tertarik dengan konsep kemasan sedekah bumi yang diusung oleh Dusun Sekararum Desa Sekarsari. Tradisi disebutnya suatu kemewahan yang tak semua tempat memilikinya.
Bukan hanya tradisi yang dilihat di Sekararum, Berto juga melihat banyak unsur modern, unsur kontemporer, pop, masuk juga di acara ini, misalnya sound system dan pentas dangdut. Masyarakat bisa mencampurkan antara tradisi dengan hal-hal kontemporer.
” Ini cara yang menarik yang diambil teman-teman di sini, mencampurkan kekinian dengan tradisi yang mendarah daging. Jadi bisa cukup kontekstual dengan jaman tanpa pernah melupakan akar atau semangat jiwa yang telah mendarah daging dan melekat dengan tanah tempat tinggal kita,” terangnya.
Ia juga menjelaskan tentang sedekah bumi dalam konteks pemajuan kebudayaan. Ada empat bentuk proses pemajuan kebudayaan, yaitu perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan.
” Saya kira kalau dalam amatan saya masyarakat di sini sudah mengadakan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan,” ungkapnya.
Dirinya berharap ketika masyarakat sudah menunjukkan inisiatif dan karya nyata, pemerintah bisa mendampingi atau memfasilitasi. Diyakini kehadiran pemerintah akan menjadikan pemajuan kebudayaan itu menjadi lebih kuat.(Dari Sumber Rendy Teguh Wibowo melaporkan)