LASEM – Lasem sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Rembang, ini merupakan kota kecil yang mempunyai karakter unik. Pasalnya, Lasem pernah menjadi Kadipaten sebelum Rembang ini, memiliki banyak warisan kebudayaan.
Salah satunya warisan kebudayaan dari Lasem yaitu Wayang gagrag (gaya) pesisiran yang moncer di era tahun 1980an. Karena pada saat ini, wayang gagrag Lasem mengalami kevakuman.
Hal itu disampaikan oleh dalang asal Desa Sendangasri, Ki Kartono Timbul Carito, kepada Radio CBFM, di rumahnya, hari Jum’at (9/9).
Ki Kartono mengatakan vakumnya pementasan wayang klasik gaya pesisiran itu dikarenakan adanya pasca Covid-19 dan masyarakat penggemar wayang Gagrag Lasem sudah mulai pudar. Karena lebih cinta ke wayang gagrag solo karena ada limbukannya yang bisa disisipi penyanyi dan musik non gamelan.
“Ping pindhone penggemar dari masyarakat gagrag Laseman atau gagrag Lasem lagi aeng. Gagrag Solo sing rame,” Imbuhnya.
Ki Kartono menjelaskan kalau wayang gagrag Lasem tidak bisa diisi limbukan. Karena di wayang Gagrak Lasem ada wayang goleknya.
Selain itu, perbedaan wayang gagrag pesisiran menurut Ki Kartono di dalam jejer pertama tidak ada tamu yang menghadap di adegan itu. Apabila ceritanya harus ada tamu hadir di adegan itu, maka jejernya diubah ke adegan ke-2.
“Dalang dituntut ngecakno lakon sing jejer sepisan, ora ana tamune. Umpamane negara Ngastina ketekanan Baladewa, boten saged. Merga jejer sepisan ana wayang golek,” Ujarnya.
Sementara dari sisi gamelan pengiring selama pementasan wayang jika gagrag Solo diiringi ayak, atau gendhing karawitan. Namun iringan Gagrag Lasem berupa Ketawang Ganggong dan jika keluarnya Emban diiringi Kalongking.
“Repotipun menika panjak-panjak utawa niyaga-niyaga sarta Sindhen sakniki sing weton-weton anyar do boten sami kenal. Niki kula cobi merintis dari awal. Bagaimanapun kalau saya tidak ada, agar gagrag Lasem tetap lestari,” Bebernya.
Kartono menuturkan untuk melestarikan wayang gagrag Lasem, dirinya kini mulai mengkader dalang-dalang muda di daerahnya. Pasalnya, para niyaga yang mengiringi wayang kulitnya sebagian besar seorang dalang.(Masudi)