Sulap Kotoran Sapi Menjadi Bio Gas

Kelompok tani ternak (KTT) Subur Desa Meteseh Kecamatan Kaliori memanfaatkan kotoran sapi menjadi bio gas. Gas hasil fermentasi bakteri-bakteri anaerob itu dimanfaatkan lebih dari sepuluh warga Desa Meteseh sebagai alternatif pengganti gas LPG.
Ketua KKT Subur, Sukamto, (10/1) menyampaikan salah satu upaya untuk meminimalisasi limbah ternak dan tidak mencemari lingkungan yaitu dengan mengolahnya. Salah satu hasil olahannya yaitu diwujudkan dalam bentuk bio gas.
Sukamto menyebutkan, ada 44 ekor sapi yang dikelola oleh kelompok. Masing-masing sapi menghasilkan kotoran per harinya kurang lebih 15 kilogram.
Saat ini, lanjut dia, lebih dari 10 warga yang memanfaatkan bio gas yang dihasilkan dari kotoran sapi. Bio gas tersebut dimanfaatkan warga untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
“Dipakai warga untuk memasak dan juga untuk penerangan,” kata dia.
Jika melihat kenaikan harga LPG non subsidi yang terjadi saat ini, kata dia, bio gas lah yang paling sesuai dijadikan sebagai alternatif pengganti. Karena menurutnya harga penggunaan bio gas dalam satu bulan hanya Rp. 15 ribu.
“Kalau pakai gas ini, satu bulannya saya target Rp. 10 ribu per rumahnya,” ucap dia.
Dirinya menambahkan, Langkah awal untuk membuat biogas dengan mengumpulkan kotoran disalah satu wadah besar. Kemudian kotoran pada wadah tersebut diberi air sambil diaduk, kemudian ditutup rapat untuk proses fermentasi.
Dari hasil fermentasi itu akan timbul gas yang kemudian disalurkan kerumah-rumah warga melalui pipa. Ia mengungkapkan, hasil kotoran yang dikumpulkan dalam sehari mampu menghasilkan bio gas yang dapat digunakan selama satu bulan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *