Sampah atau limbah plastik selalu menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah maupun laut. Salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi sampah atau limbah plastik yaitu dengan menjadikannya kerajinan ekobrik.
Hal itu disampaikan CEO PT. Marimas Putera Kencana, Haryanto Halim, saat tausiyah doa bersama keberangkatan umroh bersama KH. Mohammad Syarofuddin Ismail Qoimas (Mbah Syarof) di aula pondok pesantren Raudlatul Thalibin, Kelurahan Leteh Kecamatan Rembang, Senin (5/12).
Haryanto menyampaikan, pihaknya telah memulai program pembuatan ekobrik dari bahan bungkus plastik marimas sejak tahun 2017. Upaya itu tentu dilakukannya untuk mengurangi limbah plastik yang berasal dari produknya sendiri.
“Ini memang program yang harus terus dijalankan, tidak gampang. Karena ternyata untuk mengangkat kesadaran itu yang paling susah. Betul mengajarinya gampang, tapi mengangkat kesadarannya yang susah. Makanya ada program agar bungkus itu ada nilainya,” jelasnya.
Disebutkannya, dalam satu botol ekobrik terdapat 300 bungkus marimas. Kemudian harus ditambah dengan plastik kresek yang berfungsi untuk merekatkan bungkus marimas yang dipadatkan dalam wadah botol.
Dengan program ekobrik itu, para pedagang sedikit demi sedikit mulai sadar bahwa bungkus marimas bisa memiliki nilai rupiah jika diolah menjadi kerajinan kursi hingga meja. Karena berbahan dari plastik, kerajinan tersebut tentu memiliki daya tahan yang cukup lama.
“Mengelola (sampah plastik) melalui ekobrik ini menurut saya cara yang paling baik sekarang ini. Tidak sekedar dikurangi tapi dikelola,” ucapnya.
Diakuinya program ekobrik lebih disukainya ketimbang dibuat kerajinan tas atau bunga. Sebab kerajinan bunga atau tas tidak memiliki daya pakai yang cukup lama atau bakal kembali berakhir di tempat sampah ketika sudah tidak terpakai.(Dari Rembang Rendy Teguh Wibowo melaporkan)