REMBANG – Program 1.000 embung dalam visi misi pasangan Bupati dan Wakil Bupati Rembang 2021 – 2026, Abdul Hafidz dan Mochamad Hanies Cholil Barro’ dinilai manjur dalam mengatasi kekeringan di tingkat desa. Pasalnya, sampai dengan Agustus baru ada 3 desa yang meminta dropping air bersih. Padahal tahun-tahun sebelumnya, Rembang merupakan daerah rawan kekeringan.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang, Sri Jarwati mengatakan program pembangunan embung-embung di kota garam dapat memberikan dampak positif dalam menangani kekeringan.
“Hasil dari monitoring kami, di pertengahan Bulan Juli kemarin, ketersediaan kecukupan air, masih 41% di seluruh Kabupaten Rembang,” imbuhnya.
Ia menambahkan program itu juga ditunjang dengan peremajaan pipanisasi dari Perusahaan Daerah Air Minum Banyu Mili. Sehingga program tersebut dirasa sangat efektif mengurangi daerah rawan kekeringan.
Sri Jarwati menyebutkan jumlah tersebut berkurang drastis jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu total ada 56 desa di 14 kecamatan terdampak kekeringan.
Bahkan BMKG sempat memprediksi pada akhir April Kota Santri sudah masuk musim kemarau. Pihak BPBD Provinsi juga memberikan perhatian khusus terhadap Rembang.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto membenarkan setiap tahun pihaknya terus menambah jumlah embung untuk irigasi pertanian. Sampai dengan tahun lalu, Dintanpan sudah membangun 28 unit embung.
“Setiap tahun ada penambahan sekitar lima. Kami prinsipnya, air menjadi permasalahan pertanian. Semakin banyak pembangunan Sumber daya air menurut saya sangat membantu pertanian,” ujarnya.
Selain membangun embung menurut Agus Iwan pihaknya juga menambah jumlah sumur dangkal di area pertanian.
Setiap tahun ada penambahan sekitar 100 titik. Sumber anggarannya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten. Selain itu, juga ada bantuan dari APBD Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.(Masudi/CBFM)