REMBANG – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menginginkan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendamping Calon Presiden (Capres), Ganjar Pranowo berasal dari kader partai sendiri. Hal itu dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat PPP, Arwani Thomafi, kepada wartawan, saat berkunjung ke Rembang, Sabtu (13/5).
Arwani Thomafi mengatakan usulan agar cawapres berasal dari kader partai berlambang Ka’bah sesuai dengan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) V PPP, di Yogyakarta, bulan April lalu.
“Bagi kami tentu agar cawapres itu, sesuai dengan Rapimnas, tentu kami juga punya kader atau tokoh-tokoh lain yang punya visi, punya kesamaan untuk peran kemenangan PPP 2024” imbuhnya.
Pria yang akrab disapa Gus Aang itu menerangkan apabila cawapres berasal dari non kader PPP, pihaknya mengusulkan supaya bisa memenuhi kriteria di antaranya berkomitmen terhadap Indonesia, dan berkemampuan di bidang keagamaan.
Ketika ditanya wartawan tentang bocoran nama-nama cawapres yang akan diusung, menurut Gus Aang belum mengerucut ke satu nama. Namun dirinya tidak menampik tidak jauh dari nama-nama yang sudah beredar di masyarakat.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia itu mengungkapkan penentuan cawapres nantinya akan dibahas bersama dengan PDI Perjuangan dan Partai Politik (Parpol) pendukung Ganjar Pranowo sebagai capresnya.
Politisi asal Kecamatan Lasem tersebut menuturkan Parpol pengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres, dimungkinkan pekan depan, akan bertambah lagi.
Sementara itu, Capres Ganjar Pranowo ketika ditanya wartawan perihal menurunnya elektabilitasnya di kota berdasarkan survey, menjawab singkat tidak apa-apa.
“Tidak apa-apa” ujarnya.
Dilansir dari kompas.com, Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut bahwa elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo relatif menurun di perkotaan, sedangkan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di pedesaan.
Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan sejak Desember 2022 sampai awal April 2023. Pertama pada pemilih pedesaan dan perkotaan. Pasalnya, di pedesaan, suara Ganjar di periode tersebut relatif stabil dari 33 menjadi 32 persen. Sementara Anies cenderung menurun dari 25 menjadi 22 persen.(Masudi/CBFM)