KALIORI – Memasuki musim kemarau, petani tambak di wilayah Kecamatan Kaliori, mulai menggarap lahan. Mereka menyulap tambak yang semula untuk budi daya ikan menjadi meja garam.
Salah satu petani tambak di Desa Dresi Kulon, Jumari kepada CBFM, Sabtu (20/5) mengatakan proses pembuatan garam yang dilakukan baru empat hari ini, baru proses penataan pematang tambak agar tidak jebol untuk penampungan air.
“Niki nembe nggalengi. Niki sampun sekawan dinten. Nggih amargi wingi jawah. (Ini menata pematang tambak. Baru 4 hari. Karena kemarin-kemarin masih hujan, red),” imbuhnya.
Jumari mengakui di bulan Mei ini, belum sepenuhnya memasuki musim kemarau. Karena di sebagian wilayah, masih turun hujan.
Hal senada juga disampaikan Petani tambak di Desa Tasikharjo, Kumaidi kemungkinan untuk memproses menjadi garam butuh waktu 1 bulan. Karena tambaknya sempat kebanjiran.
“Wingi jawoh malih. Kebanjiran malih. (Kemarin hujan lagi. Sehingga kebanjiran)” ujarnya.
Kumaidi mengungkapkan sebenarnya enggan membuat meja garam, namun karena tergiur harga jual garam yang tinggi, akhirnya turun ke tambak.
Harga garam saat ini menurut Kumaidi mencapai Rp. 3.500 per kilo gram. Sedangkan harga garam dengan sistem terpal (geo membran) dimungkinkan sekitar Rp. 4.000an.(Masudi/CBFM)