REMBANG – Menjelang hari raya Idul Adha yang akan dilaksanakan hari Minggu (10/7) besok, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang telah berupaya melakukan berbagai persiapan pemotongan hewan kurban. Pasalnya, Dinas terkait telah melakukan monitoring dan sosialisasi ke masyarakat.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengatakan meski ada wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), pelaksanaan pemotongan hewan kurban di Rembang kemungkinan aman dan bisa dilakukan pada hari Minggu besok.
“Insyaallah Minggu besok pelaksanaan pemotongan hewan kurban aman bisa dilakukan. Meski masih terkendala PMK,” Tegasnya.
Bupati mengungkapkan untuk hewan yang terkena wabah PMK, tidak bisa digunakan untuk hewan kurban. Hal ini untuk mencegah penularan wabah PMK yang sekarang masih menjangkit hewan ternak khususnya sapi.
Pejabat asal Desa Pamotan Kecamatan Pamotan itu menyampaikan pihaknya merasa lega dengan persentase kesembuhan kasus wabah PMK mencapai 47 persen.
Sedangkan kematian hewan ternak tidak terlalu tinggi.
Pasalnya, penularan dan penyebaran wabah PMK pada minggu ini mengalami penurunan. Dari 5.000 kasus yang terjangkit, dan sembuh ada 2.000 lebih.
Semula kasus penyebaran wabah PMK sempat naik. Penularan hewan ternak yang terjangkit PMK tiap hari ada 100 sampai 200 sapi yang terkena.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan Haswanto membenarkan pihaknya telah menyiapkan 44 petugas melakukan pengecekan ke lapangan untuk memastikan ternak kurban dalam keadaan sehat dimulai hari Kamis sampai hari Sabtu ini.
”Seandainya ditemukan hewan kurban tidak sehat, nanti panitia menentukan apakah tetap menjadi kurban atau harus diganti dengan yang lain,” Ujarnya.
Agus Iwan menjelaskan petugas juga membantu memastikan ternak sehat. Meski ada ternak terkena PMK, masyarakat tak perlu khawatir.
Sebab, bukan termasuk zoonosis atau penyakit hewan menular ke manusia. Sehingga daging terkena PMK hewan aman dikonsumsi, sehingga tidak perlu khawatir.
Sementara untuk distribusi, menurut Agus Iwan pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengimbau agar penggunaan bungkus yang ramah lingkungan. Sekaligus meminimalisasi potensi pencemaran terhadap daging.
Agus Iwan menerangkan bungkus daging yang ramah lingkungan menggunakan bungkus daun jati, pisang, atau besek. Seandainya plastik terpaksa, gunakan warna cerah atau putih. Jangan yang hitam. Sebab, daging sifatnya menyerap.(Masudi)