KALIORI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang, hari Ahad (16/10), mengunjungi lokasi daerah yang dilanda banjir di Kecamatan Kaliori dan Kecamatan Sumber. Dalam kunjungannya Bupati Rembang – Abdul Hafidz dan Wakil Bupati Rembang – Mochamad Hanies Cholil Barro’ didampingi Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) – Sri Jarwati, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang – Gantiarto itu membagikan sembako dan membedah Rumah Tidak Layak Huni.
Bupati mengatakan kedatangannya ke lokasi bencana di Desa Wiroto, Kecamatan Kaliori bersama rombongan untuk memastikan musibah bisa segera ditangani dengan cepat bersama-sama masyarakat dan mengantisipasi banjir yang sama tidak terjadi lagi.
“Ini sebetulnya, tidak terlalu berat. Namun apabila tidak ditangani, akan mengganggu kelancaran arus lalu lintas air, yang dimungkinkan hujan turun lagi, akan menyebabkan hal yang sama,” imbuhnya.
Hafidz menambahkan longsor di dekat Jembatan Dusun Ndukoh Desa Wiroto, akan disampaikan ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Pasalnya, penanganan sungai di sepanjang Waduk Randugunting yang memanjang dari Kecamatan Sumber dan Kecamatan Kaliori, merupakan kewenangan BBWS.
Harapannya nanti ada pengerukan sungai dari Desa Kedungtulup Kecamatan Sumber sampai Desa Tunggulsari Kecamatan Kaliori. Sehingga jika ada hujan di hulu tidak menyebabkan banjir hilir.
Banjir di Rembang barat menurut Bupati sudah menjadi kejadian rutin di 3 tahun terakhir ini. Hal itu dipicu adanya pendangkalan di Bendungan Kedungsapen, Desa Jatihadi, Kecamatan Sumber.
Kalakhar BPBD Kabupaten Rembang, Sri Jarwati mengungkapkan sebagai bentuk antisipasi agar bencana alam ini tidak terulang, pihaknya bersama-sama masyarakat, relawan, TNI/ Polri dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk membersihkan rumpun bambu yang tersangkut di kaki penopang jembatan.
“Terdampak lumayan. Ada jembatan yang longsor tebing. Sehingga perlu penanganan. Kita mengajak OPD terkait, mengadakan kerja bakti membersihkan sangkrah dapuran bambu. Karena itu ada beberapa dapuran bambu yang menyumbat jembatan antar desa,” bebernya.
Perempuan yang biasa disapa Anjar menyebutkan kerugian petani dari bencana banjir itu diperkirakan mencapai itu Rp. 2,5 Milyar. Hal itu berdasarkan laporan dan analisa dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Rembang. Sementara untuk kerugian tambak, pihaknya masih menunggu konfirmasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang. Sedangkan sapi hanyut di Desa Kedungtulup sudah ditemukan warga.
Banjir kali ini menurut Anjar merupakan kejadian ke-2 di tahun 2022 ini, setelah peristiwa yang sama pernah terjadi di bulan Maret lalu.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Wiroto, Nurkamad menyebutkan rumah yang terendam banjir mencapai 90 persen dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Dusun Dukoh.
“Air meluber di wilayah Dukoh itu semua kebanjiran. Hampir 90% rumah warga kemasukan air. Jumlah KK 160an. Ketinggian air di pemukiman, paling tinggi seperut ukuran orang dewasa,” ujarnya.
Terkait jembatan Dukoh menurut Nurkamad merupakan jembatan yang vital karena sebagai akses jalur alternatif menghubungkan antar desa antar kecamatan bahkan antar kabupaten. Pasalnya, jembatan itu selain bisa dilewati kendaraan roda dua juga bisa dilewati kendaraan roda empat.(Masudi)