REMBANG – Di era digitalisasi yang pesat sekarang ini, muncul banyak perseteruan di media sosial di antaranya tentang perbedaan pandangan terhadap agama. Hal itu disampaikan oleh Pelaksana harian Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Rembang, Moh. Mukson, dalam kegiatan Sosialisasi Penguatan Moderasi Beragama Bagi Masyarakat Angkatan 2 di salah satu hotel di Rembang, Selasa (25/7).
Kakankemenag Rembang mengatakan di media sosial menjadi sarana yang efektif untuk terjadinya debat pemahaman keagamaan ini. Bahkan perbedaan ini kerap dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyalahkan yang lain.
“Agama yang seharusnya menjadi sumber energi untuk berkreasi untuk kemajuan zaman. Menyinari peradaban. Akhirnya menjadi ajang bertempur dan bertarung oleh tema-tema klasik yang itu sudah selesai di masa lalu,” imbuhnya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kemenag Rembang ini mengungkapkan materi-materi yang disampaikan dalam perdebatan itu sudah dibahas oleh para ulama dahulu. Namun karena kelompok-kelompok yang suka berdebat, belum pernah baca, sehingga mereka mempermasalahkan tradisi masyarakat seperti tahlilan. Hasilnya dari perdebatan soal agama itu menimbulkan iklim hubungan yang tidak baik, karena muncul wacana yang cenderung menyalahkan kelompok lain.
Mukson berharap untuk menjaga agar tidak saling menyalahkan perlu ditanamkan sikap moderasi beragama pada diri umat beragama agar dapat mengontrol dan menciptakan suasana kehidupan bermasyarakat dan beragama yang kondusif. Moderasi beragama memiliki konsep sikap saling menghormati dan toleransi di antara kehidupan umat beragama.
“Moderasi beragama inilah salah satu cara untuk menjaga keberagaman bangsa ini yang terdiri kurang lebih 1330 suku, beda bahasa dan 6 agama,” bebernya.
Setelah sosialisasi ini menurut Mukson para peserta bisa menjadi pelopor toleransi beragama di tengah-tengah masyarakat. Karena moderasi beragama tidak sekedar untuk kepentingan beragama saja, akan tetapi itu sebuah anjuran bagi semua agama.
Kegiatan yang diikuti oleh 50 peserta dari berbagai unsur masyarakat itu menghadirkan narasumber dari Institut Agama Islam Negeri Kudus yaitu H. Dzofir dan Shofaussamawati.(Masudi/CBFM)