Kain shibori tengah menjadi tren saat ini. Warna dan motifnya yang unik membuat kain ini jadi buruan untuk dijadikan selendang atau juga untuk membuat baju.
Kain shibori merupakan kain yang diwarnai dengan teknik pewarnaan mencelup kain yang diikat ke dalam pewarna. Shibori sendiri berasal dari Jepang, atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama ‘jumputan’.
Tak jarang pula disebut dengan Batik Jepang lantaran hasil yang dihasilkan terkadang tak jauh berbeda dengan kain batik. Motif yang dihasilkan dari teknik shibori seringkali disamakan dengan tie dye, namun satu hal yang menjadi persamaan antara keduanya adalah pada teknik pencelupan.
Salah satu pelaku usaha kain shibori adalah Wiwik Kristianti, seorang ibu rumah tangga asal Desa Sidowayah Kecamatan Rembang. Wanita berjilbab ini juga berkenan menjelaskan cara pembuatan kain shibori.
Menurut Wiwik, konsep pembuatan kain shibori mengandalkan teknik ikat celup. Dengan teknik ini, beberapa kain ‘dilindungi’ agar tidak terkena corak pewarna sehingga pada hasil akhirnya tercipta pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan ‘dilindungi’.
Teknik ‘melindungi’ kain shibori ini dilakukan dengan menggunakan teknik seperti melipat, melilit atau melintir, mengikat, menekan kain dan selanjutnya mencelupkannya pada pewarna, baik warna sintetis untuk kain atau bahkan warna alami.
“Kalau sudah kering dijemur kemudian difiksasi. Fiksasi itu dikunci supaya warnanya tidak pudar lagi. Bahannya itu seperti untuk membuat batik,” kata dia.
Dikatakannya kain shibori yang sudah jadi kemudian bisa dibuat menjadi berbagai macam kreasi. Seperti dibuat menjadi baju tidur atau baby doll, tas pinggang atau tas punggung, hingga seragam untuk kantoran.
“Kalau jumputan (shibori) bahannya katun prima, sama seperti batik tulis. Ini dipakai untuk seragam kantor bisa. Karena tekstur kainnya tidak jatuh, kecuali yang bahannya rayon itu untuk pakaian casual,” terangnya.
Dirinya menambahkan untuk menghasilkan motif yang berbeda dibutuhkan teknik melipat, melilit atau menintir kain yang berbeda. Namun untuk teknik pewarnaan dan pengeringan semuanya dilakukan serupa.
“Ini memakai jenis pewarna indigosol. Memang khusus untuk pewarna tekstil, tidak luntur. Dari warnanya juga soft tidak ngejreng,” pungkasnya.(Dari Rembang Rendy Teguh Wibowo melaporkan)