Kabar membanggakan kembali terdengar di telinga masyarakat Rembang, baru-baru ini. Sebab, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf yang merupakan warga asli Rembang masuk dalam jajaran 50 Muslim paling berpengaruh di dunia untuk penobatan tahun 2023.
Laki-laki yang akrab disapa Gus Yahya itu, ditulis dalam buku The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims 2023, merupakan keturunan dari garis panjang dan ulama masyhur dan dididik sejak usia dini secara formal dan ilmu-ilmu esoteris (spiritual) Islam.
Sebagaimana diketahui, daftar 50 dan 500 Muslim paling berpengaruh di dunia itu dikeluarkan oleh The Royal Islamic Strategic Center yang berpusat di Amman, Yordania. Setiap tahun lembaga tersebut mengeluarkan daftar tokoh-tokoh muslim berpengaruh.
Dikutip dari laman NU Online, di tahun sebelumnya, kakak kandung dari Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas itu masuk dalam daftar 500 Muslim paling berpengaruh. Tahun ini, ia menempati posisi ke-19.
Dalam buku yang dirilis belum lama ini, disebutkan bahwa Gus Yahya memimpin organisasi Muslim terbesar di dunia, yaitu Nahdlatul Ulama, dengan lebih dari 90 juta anggota dan 21 ribu madrasah. NU menganut tradisi Islam Sunni, dan mengajarkan bahwa pesan utama Islam adalah cinta universal dan belas kasihan.
Laki-laki kelahiran Rembang, 16 Februari 1966 itu juga menjadi santri dari ulama yang dihormati, yaitu Rais Aam PBNU 1980-1984 KH. Ali Maksum (1915–1989), dan Ketua Umum PBNU 1984-1999 sekaligus Presiden Indonesia yang dipilih secara demokratis KH. Abdurrahman Wahid (1940–2009).
Mereka mendasarkan praktik mereka pada sumber-sumber tradisional yurisprudensi Islam —terutama Al-Qur’an, hadits, dan mazhab-mazhab besar hukum.
Di antara tujuannya adalah penyebaran risalah NU dan juga perluasan jaringannya yang sudah luas anggota di Indonesia. Hal tersebut adalah dasar dari banyak upaya reformasi sosial organisasi.
Dengan padat susunan pengurus pusat dan daerah, cabang dan cabang istimewa, dan berbagai dewan penasihat, Gus Yahya didapuk menempati posisi puncak tokoh Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah yang berpengaruh.
Dengan sebagian besar basis keanggotaan di pedesaan, NU membedakan dirinya dari organisasi Islam lainnya di Indonesia dengan memposisikan dirinya sebagai organisasi utama Islam tradisional — dengan penekanan pada pendidikan dan keterlibatan politik berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Gus Yahya, seperti pendahulunya, menyebarkan NU sebagai sebuah organisasi yang diarahkan untuk membangun negara-bangsa berdasarkan tubuh modern dan Muslim moderat — dengan agenda seperti undang-undang anti-korupsi dan langkah-langkah reformasi sosial yang berakar kuat pada prinsip-prinsip Islam.
Salah satu pengasuh di Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh itu juga sebelumnya pernah aktif menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) era pertama Presiden Joko Widodo. Dia memberikan nasihat kepada Presiden tentang urusan agama, dalam negeri, dan internasional.
Putra salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. M. Cholil Bisri itu juga ikut mendirikan institusi yang berbasis di Amerika Serikat, yaitu organisasi Bayt ar-Rahmah li ad-Da’wa al-Islamiyah Rahmatan li al-‘Alamin, dan Pusat Berbagi Nilai Peradaban (CSCV) pada tahun 2021. Keduanya berfungsi sebagai pusat untuk perluasan operasional NU di Amerika Utara, Eropa dan Timur Tengah.
Selain Gus Yahya, Presiden Joko Widodo dan Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Yahya juga masuk dalam daftar 50 Muslim paling berpengaruh di dunia pada posisi ke-13 dan ke-30.
NU juga disebutkan dalam buku tersebut memiliki jaringan luas yang mencakup 30 wilayah, 339 cabang, 12 cabang istimewa, 2.630 dewan perwakilan, dan 37.125 dewan perwakilan cabang di seluruh Indonesia. Jaringan ini mengamalkan doktrin Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah.
Disebutkan pula, bahwa NU telah berkontribusi besar untuk masyarakat Indonesia dalam bidang pembangunan pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.(Dari Rembang Rendy Teguh Wibowo melaporkan)