REMBANG – Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Rembang, AKBP. Suryadi S.I.K.,M.H. yang merupakan asli Desa Selopuro, Kecamatan Lasem, ketika mudanya pernah nyantri dengan cara blandongan. Hal itu disampaikannya, saat silaturahmi dengan wartawan, di Markas Kepolisian Resort setempat, baru-baru ini.

Suryadi mengatakan waktu masa remajanya mengkaji kitab blandongan bersama KH. Nawir di Pondok Pesantren Roudlotut Thullab, Desa Ngemplak, Kecamatan Lasem.

“Pada saat SMP, ada santri-santri senior Pondok Al Hidayat, ditugaskan ke Selopuro, mengajar ilmu alat seperti Nahwu, Shorof, Tauhid, Al-Qur’an. Pada saat SMA, sudah menjadi tren belajar blandongan. Kita orang-orang kampung belajar ngaji ke pondok pesantren dengan bersepeda” imbuhnya.

Ia menambahkan dirinya juga ikut ngaji blandongan di Pondok Pesantren Al Hidayat, Desa Soditan bersama KH. Sihabudin Ahmad Ma’shum dan KH. Zaim Ahmad Ma’shum (Gus Zaim).

Alumnus Sekolah Menengah Atas negeri 1 Lasem itu menerangkan berbekal ngaji itu, ketika terjun ke Desa di Kecamatan Lasem, ada seorang ibu menggendong anaknya yang masih bayi dengan keluhan down syndrome dan keluhan perutnya seperti ada cairannya, menghampirinya untuk minta suwuk (do’a) kepada dirinya, maka ia berwasilah kepada wali-wali di Lasem.

“Di sini wilayah kekuasaan Sunan Bonang dan Nyi Ageng Maloko, saudara Sunan Ampel, kita meminta berkahnya. Berdoa kita meminta kepada beliau supaya anak kecil tadi, supaya sembuh,” bebernya.

Peristiwa si ibu meminta suwuk kepada Kapolres, agar anaknya sembuh dan menjadi anak yang berguna itu sangat kontras dengan kasus yang ditangani Polres Rembang. Karena saat itu, institusi yang berada di Jalan Pemuda KM 4 itu, sedang menangani bayi yang dicekik ibu kandungnya sendiri. Lantaran ibunya depresi karena anaknya mengalami penyakit kelainan.

Kapolres menerangkan berawal dari budaya lokal dan kearifan lokal itu, ketika ada program Polda Jateng ‘hadir’ pihaknya saat ini membuat slogan Polisi Ngaji Polisi Nyantri.

Dimana Polisi Ngaji digunakan agar polisi mengkaji beberapa ilmu. Bahkan lebih bagus jika mengkaji ilmu agama sesuai yang dianutnya. Sedangkan polisi nyantri lebih menekankan polisi dekat dengan ulama yang di pondok pesantren, masjid dan guru ngaji di tempat kajian agama.

“Mbah Mus (KH. Musthofa Bisri,Red) menyampaikan polisi ngaji polisi nyantri itu bagus. Dua-duanya adalah sarana untuk memutuskan bertemunya niat dan kesempatan. Ketika niat dan kesempatan itu bertemu, itu terjadi kriminalitas,” ujarnya.

Pria lulusan Akademi Kepolisian tahun 2002 tersebut menegaskan dengan adanya polisi ngaji polisi nyantri bisa maka dapat memutus niat dari sifat-sifat negatif dari masyarakat atau oknum polisi untuk melanggar. Sehingga terputusnya niat dan kesempatan maka tidak ada pelanggaran polisi sebagai penegak hukum dan masyarakat.

Adhik Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Lasem, Mulyoko itu pihaknya juga menghimbau kepada perwira baik di Polres maupun Kepolisian Sektor di jajarannya ketika di sela-sela memberi arahan dan apel kepada anggota dengan memberikan kajian atau siraman rohani supaya berbuat lebih baik. Tugas adalah ibadah.(Masudi/CBFM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gus Wabup : Rembang Jadi Etalase NU

Wakil Bupati Rembang H M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) meminta kader…

Wabup Minta Sekretariat DPRD Optimalkan Publikasi Kerja Anggota Dewan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rembang mempunyai tugas besar untuk mengatasi…

Drupoh, Tradisi Unik Saat Panen Duku Woro

Desa Woro Kecamatan Kragan terkenal dengan buah dukunya atau masyarakat biasa menyebutnya…

Gus Hanies: Bangunan Gedung Harus Ramah Difabel

Pemerintah Kabupaten Rembang berupaya membuat akses ramah difabel saat membangun gedung. Hal…