Jedor Bonang dikenal masyarakat Desa Bonang kecamatan Lasem sebagai kesenian warisan dari nenek moyang desa setempat. Namun seiring berkembangnya jaman, kesenian yang yang kental dengan nuansa keislaman itu mulai terlupakan.

Jedor Bonang merupakan salah satu kesenian berbentuk pertunjukan dengan menggunakan alat musik jedor sebagai ciri khas utamanya. Alat musik yang digunakan yaitu dengan memadukan suara dari alat musik kompang dan bedug atau masyarakat menyebutnya dengan Jedor.

Jedor sendiri adalah sebuah alat musik tradisional yang berbentuk seperti bedug namun berukuran kecil. Berbeda dengan bedug, jedor ini memiliki penyetel sendiri untuk kekencangan kulit hewan pada kedua sisinya dengan menggunakan besi yang ujungnya berulir.

Lagu yang digunakan dalam Kesenian Jedor merupakan lagu-lagu sholawat dengan langgam yang khas digabungkan dengan kidung Jawa. Jedoran Bonang ini dimainkan dengan alat rebana sederhana yang terdiri dari 8 alat terbang dan 1 jedor.

Kepala Desa Bonang, Mohamad Hasan Bakhri menyampaikan, jedor bonang merupakan budaya tradisional yang tidak terkontaminasi dengan budaya modern atau musik modern. Dengan unsur budaya yang kental itu justru kesenian tersebut kini tak lagi diminati para generasi muda.

Diungkapkannya kesenian jedoran awalnya merupakan musik yang digunakan sebagai pengiring setiap gerakan silat kejawen. Namun seiring perkembangan zaman fungsi dari musik jedoran mulai berubah menjadi musik pengiring pengantin atau acara keagamaan seperti maulid nabi.

Dengan ciri khas tembang sholawat dan kidung jawa, lanjut dia, maka kebanyakan penabuhnya pun umumnya terdiri dari para laki-laki paruh baya. Sehingga lumrah jika generasi muda sekarang ini kurang memiliki minat terhadap Seni Jedoran.

“Mungkin kurang pas dengan telinga anak muda jaman sekarang. Tapi kalau di Bonang ini tetap dilestarikan, Ketika ada acara seperti manten atau apapun tetap kita tampilkan. Istilahnya nguri-nguri budaya yang sudah terlupakan,” terangnya.

Upaya yang dilakukannya untuk melestarikan kesenian kuno itu salah satunya dengan meregenerasi para pemainnya. Posyandu remaja desa setempat bakal digerakkan dan difasilitasi untuk belajar kesenian jedor Bonang.

“Regenerasinya nanti akan kita support melalui pendampingan dari dana desa. Saat ini masih belum, tapi di desa ada posyandu remaja. Rencananya akan itu (posyandu remaja) akan kami gerakkan untuk belajar setiap sebulan sekali atau 2 bulan sekali. Minimal mereka mengenal kesenian itu berasal dari nenek moyang kami di Bonang dan akan tetap kita lestarikan,” bebernya.

Kesenian Jedor Bonang itu baru-baru ini dipentaskan pada acara konser literasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kabupaten Rembang di halaman perpustakaan umum daerah. Ada 9 pemain yang mementaskan kesenian kuno itu.(Dari Lasem Rendy Teguh Wibowo melaporkan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gus Wabup : Rembang Jadi Etalase NU

Wakil Bupati Rembang H M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) meminta kader…

Wabup Minta Sekretariat DPRD Optimalkan Publikasi Kerja Anggota Dewan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rembang mempunyai tugas besar untuk mengatasi…

Drupoh, Tradisi Unik Saat Panen Duku Woro

Desa Woro Kecamatan Kragan terkenal dengan buah dukunya atau masyarakat biasa menyebutnya…

Gus Hanies: Bangunan Gedung Harus Ramah Difabel

Pemerintah Kabupaten Rembang berupaya membuat akses ramah difabel saat membangun gedung. Hal…