Sebanyak 90 orang eks narapidana teroris (napiter) yang tergabung dalam Persatuan Alumni Napiter Seluruh Indonesia (PANNSI) mengikuti ngaji bareng Gus Baha di Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidzul Qur’an Narukan Kragan Rembang, Rabu (16/3).
Dalam pengajian tersebut, salah satu eks napiter dari Poso Sulawesi Tengah, Imran bertanya kepada Gus Baha cara untuk bersungguh-sungguh mencintai negara. Pasalnya kelompoknya menjadi eks napiter karena dulu pernah memiliki kebencian terhadap negara.
Pada waktu itu dirinya didoktrin bahwa negara Republik Indonesia merupakan negara yang kafir, sehingga wajib untuk dimusuhi. Dari kebencian tersebut timbul keinginan untuk mendirikan negara islam versi mereka.
“Kita ini kan eks napiter yang pernah memiliki kebencian terhadap negara. Bahkan diantara kita ini ingin menbentuk negara sendiri. Karena kita didoktrin bahwa negara ini merupakan negara kafir yang harus kita musuhi,” ucapnya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Gus Baha menyampaikan tidak ada manusia yang mengetahui rencana Allah SWT. Ketika Allah SWT berkehendak, tidak ada yang mungkin bisa menghalangi-Nya.
Gus Baha mencontohkan ketika Umar Bin Khattab ingin membunuh membunuh Nabi Muhammad SAW, disitu Allah SWT memberikannya hidayah. Sehingga pada saat itu Umar Bin Khattab diberikan kesempatan bertaubat hingga akhirnya bertaubat dan menjadi Islam yang baik.
“Umar ingin membunuh nabi, tapi allah memberi taubat. Akhirnya ya taubat menjadi islam yang baik. Kalau allah sudah menghendaki ya tidak ada yang bisa menghalangi,” terangnya.
Sama halnya seperti kebencian Imran terhadap Negara Republik Indonesia. Bisa saja di dalam kebenciannya ada hidayah untuk menjadikannya pemeluk Islam yang lebih baik. Namun rencana Allah SWT tidak ada yang mengetahui, maka sebagai umat Islam kita diminta untuk selalu tawadhu’.
“Sama seperti orang yang anda benci bisa saja Allah merencanakan ada hidayah disitu. Kita kan tidak pernah tahu, lha dari tidak pernah tahu itu kita diusahakan tawadhu’,” pungkasnya.