SULANG – Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI), meminta supaya jangan pernah meragukan konsisten Pondok Pesantren (Ponpes) terhadap peraturan negara. Hal itu disampaikan oleh Direktur pendidikan dan pondok pesantren Kemenag RI, Waryono Abdul Ghafur, saat launching pesantren ramah anak, di Ponpes Alhamdulillah, Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rabu (8/11).
Direktur PD Pontren mengatakan komitmen lembaga Ponpes itu bisa diwujudkan pada saat pandemi Covid-19, yang terjadi pada beberapa tahun lalu itu, ponpes patuh tidak menerima tamu dari luar.
“Bu Nyai Rohmawati cerita sangat bagus dalam situasi Covid-19 orang tua respon sangat bagus tidak boleh masuk pesantren. Bahkan saya mendengar Gus Mus (KH. Muhammad Musthofa Bisri, pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin Leteh,Red), beliau tidak menerima tamu,” imbuhnya.
Ia menuturkan saat ini, ta’zir (pemberian hukuman kepada santri yang kurang taat aturan ponpes) direvitalisasi dari yang dulu digunduli kepalanya dengan memberikan tugas hafalan-hafalan bacaan tertentu. Sehingga tidak menjadi sorotan Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan media mainstream.
Selain itu, keramahan ponpes dengan cara para Bapak Kiai / Ibu Nyai memanggil santrinya dengan panggilan sapaan teman-teman. Sebagai bentuk keakraban pengasuh ponpes dengan santri.
Wakil Bupati Rembang, Mochamad Hanies Cholil Barro’ mengungkapkan peluncuran pesantren ramah anak merupakan program sangat strategis. Karena jumlah ponpes di kota santri berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 jumlahnya 116 ponpes yang tersebar di 13 dari 14 kecamatan kecuali Kecamatan Sale.
“Dengan jumlah santri sebanyak 25 ribu santri,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Gus Hanies ini berharap agar program yang saat ini menyasar Ponpes Alhamdulillah dan Ponpes Al Anwar, Kecamatan Sarang, bisa disambut dan diadaptasi di pesantren-pesantren lain di Kabupaten Rembang. Untuk membangun lingkungan pesantren yang lebih baik. Karena melalui ponpes dapat membentuk karakter seseorang dengan baik dengan pendekatan-pendekatan yang dimiliki dari pengasuh / pengurus ke santrinya menjadikan membentuk santri berakhlak mulia.
Tapi santri musti mendapatkan haknya baik hak perlindungan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi maupun pelecehan.
Program ini juga sangat bagus diterapkan di Rembang telah dinobatkan sebagai Kabupaten Layak Anak kategori Nindya selama 3 tahun berturut-turut. Tinggal selangkah menuju kategori utama.
Mewakili Pemerintah Kabupaten Rembang, pihaknya sangat mendukung peningkatan mutu ponpes terutama pendekatan humanisne seperti yang diprogramkan UNICEF. Harapannya ponpes menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh kembang anak dan pola asuh yang menyenangkan.
Adik Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas itu mengucapkan terima kasih kepada UNICEF karena Rembang sebagai sasaran pendampingan Pesantren Ramah Anak. Terlebih sebelumnya UNICEF juga telah mendampingi program Gerakan Ayo Sekolah Pol (GASPOL 12).
Pengasuh Ponpes Alhamdulillah, Rohmawati Syahid mengaku tidak menduga ajaran pendiri Ponpes Alhamdulillah, KH. Ahmad Syahid Sholihun yang ramah kepada siapa saja, dapat mengantarkan ponpes yang berada di Jalur Rembang – Blora itu mendapat predikat Pesantren Ramah Anak.
“Mengingatkan saya kepada beliau suami, Abah Syahid yang mengajarkan ramah kepada siapa saja baik kepada santri, guru, tamu dan sopir,” tuturnya.
Diceritakannya, sudah menjadi tradisi di ponpes ini, sebagai bentuk penghormatan kepada tamu, dilarang pulang sebelum makan. Pada waktu itu, ada rombongan tamu yang makan tidak mengajak sopirnya. Akhirnya KH. Ahmad Syahid Sholihun bertanya kepada rombongan tadi. Dijawab oleh mereka, tidak usah ikut makan. Lalu Mbah Sahid marah dan bilang sopir itu berjasa buat kalian karena mengantarkan rombongan dari rumah ke lokasi yang dituju.
Dalam kegiatan itu juga dihadiri Chief Protection Specialist Unicef Indonesia, Zubedy Koteng dan Perencana Ahli Masyarakat Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga (KPAPO) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Yosi Diani Tresna.(Masudi/CBFM)