Bencana hidrometeorologi di Indonesia yang diprediksi sebanyak 80 persen telah mengakibatkan banyak kerugian baik infrastruktur maupun jiwa. Untuk di Kabupaten Rembang bencana hidrometeorologi mengakibatkan tanah longsor, banjir, rusaknya infrastruktur jalan serta kerugian di bidang pertanian.
Hal itu dilaporkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Rembang Sri Jarwanti dalam rakor kesiapsiagaan dan penyampaian informasi edukasi menghadapi bencana hidrometeorologi di Kabupaten Rembang di aula lantai 4 gedung Setda Rembang, Selasa (19/7).
Sri Jarwanti menyampaikan bencana hidrometeorologi lebih banyak disebabkan oleh global warming (pemanasan global) yang diakibatkan kerusakan ekosistem secara menyeluruh. Oleh sebab itu diperlukan upaya yang efektif dan efisien dalam rangka mengurangi resiko bencana.
Salah satu upayanya yaitu dengan menggelar rakor yang ditujukan untuk meningkatkan kesiapan aparatur serta sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana hidrometeorologi. Sekaligus memberikan pelayanan informasi dan edukasi yang benar kepada masyarakat terkait isu-isu bencana yang beredar.
“Ini juga sebagai upaya meningkatkan peran serta masyarakat dan persiapan antisipasi bencana secara tepat, terarah dan terpadu antara pemerintah, masyarakat dan badan usaha dalam hal perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan serta pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Rembang Abdul Hafidz menyampaikan kesiapsiagaan bencana di Kabupaten Rembang sudah terbangun dengan baik meski belum sempurna. Terbukti beberapa kali bencana yang terjadi di wilayah Rembang seperti tanah longsor, dan banjir dapat terselesaikan di tingkat kecamatan.
“Forkopimcam kami sangat kuat, bukan hanya kuat saja. Kami katakan begitu karena teruji beberapa tahun kebencanaan yang terjadi di Rembang ini cukup diselesaikan secara adat (tingkat kecamatan). Jadi tidak perlu Bupati atau Kapolres, cukup di Kapolsek, Danramil, Pak Camat dan Kepala Desa,” ungkapnya.
Melalui rakor ini, lanjut Bupati, wawasan kesiapsiagaan menghadapi bencana pasti akan lebih meningkat. Utamanya dalam hal edukasi dan cara yang lebih tepat, terarah dan terpadu untuk sistem penanganan kebencanaan.
“Jadi intinya bukan bencananya yang akan kita urai, tetapi kesiapsiagaan inilah yang harus kita awali untuk mencegah bencana,” pungkasnya.(Dari Rembang Rendy Teguh Wibowo melaporkan)