Sejumlah peternak sapi di Kabupaten Rembang, mengalami penurunan penjualan pada momen Idul Adha tahun ini. Padahal di momen ini, sejumlah wabah seperti covid-19, penyakit mulut dan kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) sudah nihil kasus.
Bahkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Rembang, stok populasi hewan ternak sapi dan kambing di Kabupaten Rembang meningkat jika dibanding dengan musim kurban tahun lalu.
Salah seorang peternak di Desa Gunungsari, Kecamatan Kaliori, Sahid (52), Jumat (16/6) mengaku, penjualan sapinya tahun ini menurun hingga 20 persen dibanding tahun lalu. Padahal tahun sebelumnya, 3 pekan menjelang idul adha sapi miliknya sudah ludes terjual.
“Saya ada stok 7 ekor, baru akan terjual 3 ekor. Biasanya sudah habis, seperti tahun lalu, padahal ada wabah PMK, justru habis,” kata dia.
Dirinya memperkirakan tahun ini sapi yang dimiliki kemungkinan hanya akan laku 10 hingga 15 ekor sapi hingga hari raya idul adha tiba. Jumlahnya menurun dibandingkan tahun lalu yang bisa menjual sampai 20 ekor sapi.
Hal senada juga diungkapkan Surad (65), peternak sapi lainnya, di Desa Gunungsari yang mengaku tak tahu alasan mengapa peminat sapi kurban di tahun ini menurun. Padahal ia cukup pede penjualan sapi ternak tahun ini cukup tinggi karena nihil wabah penyakit.
“Memang menurun dibanding tahun lalu. Dari 10, baru 5 yang akan terjual. Jadi permasalahannya yang jelas apa saya tidak tahu. Pelanggan yang biasa ke sini hanya separuh beli,” ungkapnya.
Jika sapi kurban miliknya tidak laku, terpaksa akan dikirimkan ke tukang jagal. Kemudian sapi dijual dalam bentuk daging potong meski harganya akan jauh lebih murah dibandingkan jual dalam kondisi sapi masih hidup.(Dari Kaliori Rendy Teguh Wibowo melaporkan)