REMBANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang masih dibikin galau karena angka kemiskinan yang masih cukup tinggi. Berdasarkan analisis sementara, penyebabnya, karena perilaku masyarakat yang dianggap konsumtif dengan biaya hidup yang tinggi.
Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengatakan secara pertumbuhan ekonomi maupun tingkat pengangguran sudah menunjukkan tren positif. Pertumbuhan ekonomi di Rembang di angka sekitar 5,5 persen, tingkat pengangguran 1,76 persen.
“Hanya yang jadi momok kita, capaian tersebut ternyata belum bisa menurunkan angka kemiskinan dengan signifikan. Pada 2021 diangka 15,8 persen, tahun lalu 14,65 persen,” imbuhnya.
Bupati menilai, capaian ini tidak sebanding dengan kondisi yang ada. Sehingga pihaknya perlu menganalisa penyebab tersebut.
Untuk sementara, menurut Bupati, satu yang masih menjadi penyebab kemiskinan adalah garis kemiskinan Rembang yang berada di angka Rp. 441 ribu per bulan. Sementara di daerah tetangga angkanya Rp. 390 ribu.
Hafidz mengartikan, biaya hidup di Rembang mahal dan perilaku warga yang dinilai konsumtif.
“Ini terdeteksi oleh BPS, jadi biaya hidupnya terlalu tinggi. Sehingga ini juga mendorong peningkatan kemiskinan,” ungkapnya
Pejabat asal Pamotan ini berharap apabila garis kemiskinan bisa di bawah Rp. 400 ribu, angka kemiskinan di Rembang bisa dibawah 10 persen.(Masudi/CBFM)