REMBANG – Bupati Rembang, Abdul Hafidz ingin kembalikan budaya thong-thong lek secara original melalui lomba. Hal itu disampaikannya, saat berada di Taman Rekreasi Pantai Kartini, Hari Sabtu (1/4).
Bupati mengatakan orisinalitas thong-thong lek sebagai musik penggugah sahur di antaranya tabuhannya berupa kentongan dari bambu.
“Originalnya kayak apa? Ya tradisional thong-thong lek. Kalau ingin melestarikan itu yang kita tempuh. Dulu itu pakai pring, ting dari debog itu jika dipukul bug-bug,” imbuhnya.
Hafidz mengakui selama 8 tahun menjadi Bupati selalu menggelar lomba thong-thong lek. Hanya saja selama 3 tahun terakhir, setelah dievaluasi pelaksanaan lomba itu menimbulkan dampak positif dan dampak negatif yang sangat luar biasa.
Salah satunya, pada saat lomba digelar keliling, peserta saat menampilkan musik sudah melenceng dari pakem yang ada. Karena peserta saat menampilkan musik thong-thong klek sudah tidak dalam bentuk tradisional melainkan sudah hasil modifikasi.
“Thong-thong klek wis ora thong-thong klek. Thong-thong klek dadi dangdutan besar-besaran. Nyewa sound saka Surabaya, saka Jakarta. Lebih baik untuk ketenangan keluarga,” bebernya.
Sedangkan dampak keamanan yang ditimbulkan setelah adanya thong-thong klek, pasti ada permusuhan antar desa. Selain itu, sebelum ada lomba, sebagian masyarakat resah ditarik iuran oleh grup yang akan tampil.
Pejabat asal Pamotan itu mengungkapkan untuk mengubah kebiasaan itu, pihaknya bersama dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Rembang, pada tahun 2023 ini sepakat menggelar lomba tradisi tahunan itu tanpa keliling. Hanya pentas panggung dalam 1 malam saja di Taman Rekreasi Pantai Kartini.
Dengan adanya lomba pentas thong-thong lek yang hanya pentas panggung saja dirinya menerima banyak pesan pribadi ke nomor pribadinya bahkan ke akun media sosial, yang menganggap pihaknya tidak ikut melestarikan budaya thong-thong lek.(Masudi/CBFM)