Usaha pembesaran udang Vaname merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Selain nilai ekonomisnya yang tinggi, udang Vaname ternyata merupakan udang yang mudah berkembang di kawasan sub tropis seperti di Kabupaten Rembang.

Salah satu pelaku usaha pembesaran Udang Vaname di Desa Tireman, Kecamatan Rembang, Iwan Thomasfa menyampaikan, udang Vaname merupakan solusi dari udang windu yang terkenal susah untuk dibesarkan. Disamping sangat produktif, nilai ekonomis udang vaname juga tak kalah dengan udang windu.

Disebutkannya, dari 200 ribu bibit udang vaname yang dibesarkannya di tambak seluas 2.000 meter persegi, menghasilkan 6 hingga 7 ton udang sekali panen. Jika dirupiahkan, nilainya mencapai ratusan juta dengan masa panen selama 4 bulan sekali.

“Kalau untungnya relatif, tapi rata-rata kalau seperti ini karena dampak krisis global, harga turun sampai 30 persen. Kalau panen normal masih dapat Rp. 100 – 150 juta,” kata dia.

Dirinya mengungkapkan, tingkat kehidupan udang vaname dari bibit hingga siap panen mencapai 100 persen. Tak heran jika udang vaname menjadi primadona bagi para petani udang ketimbang udang windu.

Berkat adanya udang vaname, usaha yang ia geluti sejak tahun 2011 ini bisa bertahan hingga saat ini. Sejauh ini juga dirinya banyak belajar dalam menghadapi sejumlah kendala utamanya perubahan cuaca ekstrem yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup udang vaname.

“Kendala sangat jelas, setiap siklus budidaya tantangannya berbeda-beda. Kita punya istilah itu SOP menyelaraskan alam. Alamnya bagaimana, SOPnya mengikuti. Jadi tidak ada SOP baku, artinya pada saat musim kemarau ada SOP sendiri. Pada musim penghujan, beda lagi SOPnya,” bebernya.

Dengan segudang ilmu dan pengalaman yang didapatnya selama 12 tahun bergelut di dunia pembesaran udang vaname tak membuat dirinya pelit ilmu. Bahkan tempatnya jadi langganan praktik kerja lapangan (PKL) sejumlah sekolah kejuruan lokal hingga luar kota.

Di antaranya SMK Negeri 2 Rembang, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Tegal, dan perguruan tinggi Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta. Kebanyakan para siswa dan mahasiswa yang datang ke tempatnya, menggali ilmu tentang teknis budidaya dan analisa usaha.

Bahkan hingga sekarang dirinya masih berkomunikasi para “muridnya”. Salah satunya dengan mahasiswa lulusan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang asal Kecamatan Pancur yang bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Mahasiswa tersebut kemudian mendapat bea siwa untuk sekolah S2 di perguruan tinggi di Jerman. Dengan mengambil jurusan biologi, mahasiswa tersebut melakukan penelitian Marine Organism atau tentang biota laut.

“Karena dia tahu di sini dekat pantai dan ada tambak, dia minta ijin kepada saya. Karena saya sangat butuh asupan teori dia sebagai pendamping aplikasi praktis, akhirnya saya iyakan. Ok mas tapi kita sharing, lahan saya sediakan tapi hasilnya di sharing ke saya,” ujarnya.

Singkat cerita, ilmu yang didapat mahasiswa tersebut selama setahun di tambak milik Iwan, dibawa dan diaplikasikan di Jerman. Ilmu tersebut bahkan dianggap menarik oleh perguruan tinggi Jerman dan diminta untuk ditindaklanjuti dengan disertai pemberian beasiswa S3.

“Singkat cerita sampai sekarang, karena dia terpenuhi hajatnya, saya juga senang bisa membantu, sampai-sampai itu hubungannya seperti konsultan pribadi. Gratis lagi, itu berkahnya kita sharing,” ucapnya.

Berdasarkan informasi yang ia terima, ilmu budidaya yang ia terapkan di Rembang banyak diadopsi di Vietnam dan Thailand. Bahkan ilmu teknis budidaya di tambak Kapoy Vaname Desa Tireman itu sampai masuk dalam pustaka dunia.(Dari Rembang Rendy Teguh Wibowo melaporkan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like

Gus Wabup : Rembang Jadi Etalase NU

Wakil Bupati Rembang H M Hanies Cholil Barro’ (Gus Hanies) meminta kader…

Wabup Minta Sekretariat DPRD Optimalkan Publikasi Kerja Anggota Dewan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rembang mempunyai tugas besar untuk mengatasi…

Drupoh, Tradisi Unik Saat Panen Duku Woro

Desa Woro Kecamatan Kragan terkenal dengan buah dukunya atau masyarakat biasa menyebutnya…

Gus Hanies: Bangunan Gedung Harus Ramah Difabel

Pemerintah Kabupaten Rembang berupaya membuat akses ramah difabel saat membangun gedung. Hal…