REMBANG – Musim Kemarau akan diwarnai cuaca yang lebih kering dari biasanya bahkan menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hampir 50 persen wilayah Indonesia yang akan mengalami fenomena cuaca tersebut. Hal itu disampaikan oleh Bupati Rembang, Abdul Hafidz, kepada wartawan, selasa (30/5).
Bupati mengatakan kerawanan yang terjadi akibat cuaca kemarau kering adalah kurangnya sumber air bersih dan terjadinya bencana kebakaran lahan. Berdasarkan prediksi dari BMKG, kemarau kering terjadi pada bulan Mei ini dan puncaknya pada bulan Agustus mendatang.
“El nina itu kalau benar, memang cukup berbahaya untuk tanaman. Panasnya bisa 3 kali lipat. Sehingga ini, kita tetap waspada,” imbuhnya.
Bupati mengungkapkan pentingnya kewaspadaan itu disebabkan adanya 25 Desa di 8 Kecamatan yang menjadi langganan kekeringan ketika kemarau melanda.
Sehingga pihaknya telah menyiapkan anggaran baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun tanggungjawab sosial perusahaan atau CSR untuk menanggulangi bencana kekeringan.
Hafidz menuturkan dampak musim kemarau terhadap lahan pertanian, pihaknya sudah meminta kepada Dinas Pertanian dan Pangan (Dintanpan) Rembang, untuk menginformasikan kepada petani.
“Kami sudah meminta kepada kepala Dintanpan untuk diinformasikan kira-kira Bulan Agustus, ada panas yang 3 kali lipat,” ujarnya.
Kondisi saat ini menurut Bupati masih dalam masa peralihan musim dari penghujan menuju kemarau. Sehingga beberapa wilayah di Rembang terkadang masih diguyur hujan meski intensitasnya rendah.(Masudi/CBFM)